Indonesia Today –Ratusan pendukung ulama ternama Irak, Muqtada al-Sadr, menyerbu gedung parlemen Irak pada Sabtu (30/7/2022).
Para demonstran memprotes upaya pembentukan pemerintah yang dipimpin oleh kelompok-kelompok yang didukung Iran.
Pasukan keamanan Irak menggunakan gas air mata dan bom suara guna mencoba mengusir para demonstran dan menyebabkan beberapa luka. Kejadian ini disaksikan oleh wartawan The Associated Press.
Sesi parlemen yang diharapkan pun gagal terjadi. Diketahui, tidak ada anggota dewan yang berada di sana.
Berdasarkan sebuah pernyataan, Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi mengarahkan pasukan keamanan untuk melindungi para demonstran dan meminta mereka untuk menjaga agar aksi tetap damai.
Para demonstran menggunakan tali untuk merobohkan barikade semen yang mengarah ke gerbang Zona Hijau Irak, di mana gedung-gedung resmi dan kedutaan asing berada.
Mereka mengindahkan seruan Sadr untuk memprotes pembentukan pemerintahan berikutnya yang dipimpin oleh pihak koalisi (Coalition Framework), aliansi partai-partai Syiah yang didukung oleh Iran.
“Kami datang hari ini untuk menghapus kelas politik yang korup dan mencegah mereka mengadakan sidang parlemen, dan untuk mencegah pihak koalisi membentuk pemerintahan,” kata demonstran, Raad Thabet, dikutip dari The Associated Press, Sabtu (30/7).
“Kami menanggapi panggilan al-Sadr. Kami akan pergi ke Zona Hijau. Apapun risikonya,” imbuh dia.
Unjuk rasa ini kali kedua dilakukan demonstran dalam sepekan. Diberitakan sebelumnya, ratusan pendukung Moqtada Sadr menyerbu gedung parlemen setelah menerobos pengamanan ketat tingkat tinggi pada Rabu (27/7) lalu.
Para pendukung Sadr itu menentang pemerintah saat ini yang dinilai dipimpin oleh para pejabat yang korup.
“Saya menentang para pejabat korup yang saat ini berkuasa,” ujar seorang pendukung Sadr yang ikut menyerbu gedung parlemen, Mohamed Ali.
Seorang sumber keamanan mengatakan para pengunjuk rasa “menyerbu parlemen” setelah sempat dihadang oleh polisi yang menembakkan rentetan gas air mata.
Dikutip AFP, kantor berita INA melaporkan “para pengunjuk rasa telah memasuki gedung parlemen”.
Partai Al-Sadr Menangkan Sebagian Besar Kursi Parlemen Irak
Partai pimpinan ulama Moqtada al-Sadr menjadi peraih suara terbanyak dalam pemilihan parlemen Irak, menurut hasil awal yang dirilis Senin. Hitungan berdasarkan hasil parsial menunjukkan ulama Syiah itu memenangkan lebih dari 70 kursi di parlemen yang memiliki 329 kursi.
Partai Al-Sadr mengatakan telah memenangkan 73 kursi, naik dari 54, dan akan memberi pengaruh besar dalam pembentukan pemerintahan.
Kantor berita Reuters mengatakan mantan Perdana Menteri Nouri al-Maliki tampaknya meraih kemenangan terbesar berikutnya di antara partai-partai Syiah, menurut hasil awal. Kelompok Syiah telah mendominasi politik Irak sejak jatuhnya Saddam Hussein, dari Sunni, pada tahun 2003.
Pemungutan suara pada Minggu (10/10) dicemari oleh rekor jumlah pemilih yang rendah untuk pemilihan parlemen. Komisi Pemilihan Irak mengatakan hanya 41 persen pemilih memberikan suara. Jumlah itu di bawah 44,5 persen yang tercatat pada 2018, yang ketika itu terendah sepanjang masa sebelumnya.
Pemilihan ini diadakan beberapa bulan lebih cepat dari jadwal sebagai tanggapan atas protes yang dipimpin oleh para pemuda yang menentang korupsi dan layanan publik yang payah. Protes itu berhasil menarik puluhan ribu orang turun ke jalan pada akhir 2019 dan awal 2020. Para demonstran menyerukan reformasi dan pemilihan baru.
Hasil pemilu diperkirakan akan mempertahankan blok politik tradisional negara itu. Namun, karena tidak ada satu partai pun yang memenangkan mayoritas kursi di parlemen, negosiasi untuk memilih perdana menteri untuk memimpin pemerintahan diperkirakan akan perlu waktu berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan.Â
Sumber: VOA dan CNN Indonesia