Setelah ditekan oleh rezim Baath Irak, Imam Khomeini terpaksa meninggalkan negara itu pada 6 Oktober 1978 dan hijrah ke Paris dan menetap di kota Neauphle-le-Chateau selama empat bulan. Dari situ, Imam melakukan wawancara, mengeluarkan selebaran, dan menggelar banyak pertemuan untuk menjelaskan hakikat Revolusi Islam kepada dunia.
Banyak dari warga kota Neauphle-le-Chateau dan daerah lain di Prancis mulai tertarik dengan Imam Khomeini, di mana salah satunya adalah Nyonya Muhrizah Laeb. Ia merasakan perubahan yang luar biasa setelah pertemuan singkatnya dengan Imam Khomeini dan terpesonal dengan aura spiritual pemimpin revolusi ini.
Berangkat dari situ, Nyonya Muhrizah Laeb mulai melakukan perenungan dan mengkaji ajaran Islam yang disarankan oleh Imam Khomeini. Dalam waktu singkat wanita ini mulai menemukan jalan terang dan cahaya kebenaran. Keyakinan baru wanita yang kaya raya ini ikut mempengaruhi suami dan anak-anaknya. Mereka semua kemudian memilih ajaran al-Quran dan Ahlul Bait Nabi as sebagai pedoman hidupnya.
Setelah kemenangan revolusi, Nyonya Muhrizah Laeb berkesempatan dua kali bertemu Imam Khomeini ra di Tehran, dan di salah satu pertemuan itu ia memperoleh hadiah al-Quran yang ada tanda tangan Imam di sampulnya.
Seorang cucunya, Nafisah mengenai akhlak dan sikap Nyonya Muhrizah Laeb, menuturkan, “Akhlak dan perilaku nenek saya sangat santun dan terpuji. Siapa pun yang terlibat diskusi dengannya, mereka selalu bertanya tentang mazhab dan agama nenek saya dan mereka pada akhirnya tertarik dengan Islam. Kecintaan nenek saya kepada para imam maksum as menyebabkan seluruh anggota keluarga dan saudara memilih Islam dan Syiah. Semua keberuntungan ini merupakan kebaikan dari imam maksum.”
Nyonya Muhrizah Laeb – seorang muslim revolusioner dan energik – merasa dirinya bertanggung jawab untuk menyampaikan kebenaran yang diperolehnya kepada orang lain. Dengan dukungan suami dan keluarganya, ia menggunakan hartanya untuk memperkenalkan Ahlul Bait dan Revolusi Islam di Prancis, dan banyak memperoleh kesuksesan dalam dakwahnya.
Ia mendirikan banyak masjid dan pusat kegiatan Islam serta berkerja keras untuk menyebarluaskan Islam hakiki di negaranya. Kegiatan dakwahnya secara perlahan mengundang keprihatinan pemerintah Prancis dan wanita ini dijebloskan ke penjara dengan tuduhan tak berdasar. Namun, Nyonya Muhrizah Laeb tetap melakukan dakwah di penjara dan memberikan pencerahan kepada para tahanan.
Nyonya Muhrizah Laeb terus melanjutkan kegiatan dakwahnya sampai akhir hayatnya dan ia meninggal dunia pada tahun 2015.