Berdasarkan buku Masuknya Islam ke Timur Jauh yang ditulis oleh peneliti sejarah terkenal tahun 1950an, seorang mufti dari Malaysia, bernama al Habib Alwi bin Thahir al Hadad, disebutkan pada tahun 681 M hingga tahun 700an Masehi pasca peristiwa karbala, telah terjadi gelombang hijrah kaum syiah Islam yang cukup besar ke berbagai kepulauan Nusantara dan Asia Tenggara. Gelombang hijrah ini terjadi karena tekanan dan pembunuhan penguasa Bani Umayyah dan Abbasiyah kepada keturunan Bani Hasyim dan kaum Syiah ahlul bait.
Tekanan dan pembunuhan ini terjadi karena keturunan keluarga Bani Hasyim dan kaum syiah tidak terima dengan peristiwa tragis yang dialami Imam Husein dan keluarga nabi di Karbala, yang menyebabkan syahidnya keturunan nabi dari jalur Imam Husein kecuali imam Ali Zainal Abidin yang pada saat itu telah berputra Imam Muhammad al Bagir yang masih berusia 3 tahun. Kaum Syiah melakukan protes di berbagai wilayah kekuasaan bani Umayyah, peristiwa ini menyebabkan penguasa wilayah melakukan perburuan dan pembantaian kaum syiah dan keturunan keluarga nabi dimanapun mereka berada tanpa pandang bulu. Semua keturunan nabi dan para pengikutnya baik yang melakukan tindakan protes atau tidak mendapat perlakuannyang sama, mereka dikatakan syiah rafidhoh dan harus dibunuh, kaum wanita dan anak-anak diperbudak.
karena alasan inilah akhirnya kaum Syi’ah hijrah ke negeri- negeri yang jauh seperti Cina, Indonesia (Hindia) dan India (Bharat). Hijrahnya kaum Syi’ah ini bisa dibuktikan bukan hanya catatan tertulis tapi juga telah meninggalkan berbagai tradisi yang masih bisa dilihat hingga saat ini, diantaranya;
1. TRADISI MEMBANGUN MAKAM
Tradisi membangun makam/makam berbentuk rumah/pada masa lalu bentuknya persis bangunan candi, bisa diliat di beberapa bangunan makam yg masih ada sampai saat ini.
2. TRADISI MEMULIAKAN ALI
Tradisi memuliakan Sayyidina Ali bisa dilihat hingga saat ini dalam bentuk benda, do’a, dan berbagai peringatan. cth tradisi memuliakan Ali dlm btk benda: baik jawa barat/tengah cincin disebut dengan *ali/ali-ali,* penyebutan ini terkait dengan tafsir penunjukkan pemimpin yang bersedekah dengan cincinnya ketika sholat yaitu imam Ali
3. TRADISI KHAUL/PERINGATAN KEMATIAN.
Tradisi 40harian sd 1000harian, tradisi 40 hari diambil dari kembalinya keluarga nabi ke karbala utk menguburkan jasad para syuhada setelah 40hari, setlh sblmnya menjadi tawanan Yazid.
4. BARZANJI, MARHABÀ, DIBA’I & KENDURI
Barzanji, Marhabà, Diba’i adalah puji-pujian yang persembahkan kepada Nabi dan keluarganya, biasanya dilakukan pada acara-perayaan Maulid, pernikahan, syukuran dan sebagainya. Khusus kenduri, sangat nyata dipengaruhi oleh tradisi Syiah. Karena dipungut dari bahasa Persia, Kanduri, yang berarti tradisi makan-makan untuk memperingati Fatimah Az-Zahrah, putri Nabi Muhammad Saw.
5. PENYEBUTAN SURO UNTUK BULAN MUHARRAM
Di Jawa tengah, sebetulnya jawa barat juga sama, awal bulan pada kalender Jawa di sebut SURO, diambil dari kata Asyuro = hari ke 10, kalender Jawa diadaptasi dari kalender hijriyyah, digunakan sejak masa jauh seblm sultan Agung, cuma dlm sejarah disebut sultan agung yang mulai
6. TRADISI MENGITARI BENTENG KERATON
Tradisi mensucikan diri dan mengitari benteng keraton (Keraton = Ibu kota wilayah yang dikelilingi benteng bukan istana) pada mlm 8-9 Asyuro dengan membawa obor, pada masa lalu tradisi ini bersamaan dengan mematikan lampu2 (obor2) pada rumah2 mereka, yang pertama kali melakukan tradisi ini adalah kaum tawabin (kaum yg bertaubat) sebagai tanda penyesalan mereka telah meninggalkan Imam Husein di padang Karbala
7. PANJI ATAU BENDERA DENGAN SIMBOL YANG TERKAIT DENGAN SAYYIDINA ALI
Panji2 wilayah, Bendera yang tersebar di berbagai wilayah di nusantara pada masa lalu umumnya bergambar pedang Dzulfiqar, Singa atau harimau. Dzulfiqar adalah pedang bermata 2 milik Rasulullah saw yang dihadiahkan kepada Imam Ali. Singa adalah sebutan atau gelar Imam Ali yang dalam bahasa Arabnya di sebut HAIDAR.
8. KISAH LISAN DAN TULISAN YANG TERKAIT DENGAN AHLULBAIT
Tradisi kisah2 lisan yang terkait dengan ahlulbait, seperti kisah Imam Ali bertemu tokoh-tokoh pemimpin Nusantara, yang diturunkan dari generasi ke generasi, nama tokoh yang diambil dari nama nabi dan keluarganya seperti; Muhammad, Abdullah, Hasan, Husein, Baqir, Fatimah dan sebagainya
9. SIMBOL ANGKA 5, 7, 12, 14 YANG TERKAIT DENGAN AHLULBAIT
Warisan bangunan masjid yg masih asli memakai simbol ahlul bait; soko guru 5, atapnya rata2 berundak 5, jendela 12, kalau masjid kuno yg direnov masih mengikuti bentuk aslinya bagian2 bangunan yg sy sebut masih ada, seperti beberapa masjid kuno di jakarta,,
10. ARAK-ARAKAN HAYOK TABUI
Di Pariaman, Sumatera Barat, misalnya, ada tradisi arak-arakkan yang dinamakan “Hayok Tabui” pada setiap Muharram. Tradisi ini sangat kental dipengaruhi oleh Syiah ketimbang Sunni. Arak-arakan semacam itu dikenal di kalangan muslim Syiah sebagai peringatan terhadap tragedi berdarah yang menimpa cucu Nabi Muhammad Saw, Sayyidina Husain.
11. TRADISI GREBEG SURO
Dalam tradisi Jawa “Grebeg Suro” juga ditemukan adanya pengaruh Syiah. Kebiasaan orang Jawa yang lebih menganggap Muharram sebagai bulan nahas merupakan pengaruh dari Syiah yang juga menganggap Muharram sebagai bulan nahas dengan meninggalnya Sayyidina Husain. Karenanya, orang-orang Jawa berpantang menggelar perayaan nikah atau membangun rumah pada bulan “Suro” atau Muharram.
12. BUBUR BEUREUM BODAS (BUBUR MERAH PUTIH) ATAU BUBUR SURO
Di tatar Sunda, pada bulan Muharram dikenal tradisi mengadakan bubur “beureum-bodas” (merah-putih), dan dikenal dengan istilah bubur Suro. Konon, “merah” pada bubur perlambang darah syahid Sayyidina Husain, dan putih perlambang kesucian nurani Sayyidina Husain.
13. TABUT ATAU TABOT
Di Bengkulu, pengaruh Syiah terlihat melalui tradisi Tabut atau Tabot. Tradisi ini bertujuan untuk memperingati peristiwa di Karbala ketika keluarga Nabi Muhammad SAW dibantai. Setiap tahun, tabot dihelat sejak 1-10 Muharam.
“Mereka merekonstruksi tragedi Karbala dengan rentetan drama kolosal,” ucap cendekiawan Jalaluddin Rakhmat, seperti dilansir Tempo.
14. YASINAN ORANG MENINGGAL
Jalaluddin Rakhmat mengatakan, penganut Syiah mempunyai kebiasaan menggelar yasinan untuk memperingati hati kematian seseorang. Mereka juga berziarah ke makam untuk mendoakan orang yang telah meninggal. “Kebiasaan itu diikuti pemeluk Islam, meski tak menganut Syiah,” ucap Jalaluddin Rakhmat.
15. ZIARAH KUBUR KE MAKAM ULAMA UNTUK MENDAPAT KEBERKAHAN
Ziarah ke makam ulama untuk mendapat keberkahan di lakukan karena keyakinan bahwa orang yang meninggal di jalan Allah SWT, baik itu dalam peperangan atau seorang ulama maka sesungguhnya mereka hidup disisi Allah dan mendapat rezeki yang melimpah (Qs Ali Imran 169,170)
Kebiasaan/tradisi ziarah kubur dan bentuk makam muslim berupa bangunan makam di Indonesia juga dipengaruhi tradisi ziarah kaum Syiah, karena tradisi membaca do’a yang cukup panjang di area makam. Tradisi bangunan makam juga merupakan tradisi agama tauhid karena ritual ziarah dan membaca do’a untuk leluhur/ulama/pemimpin yang diagungkan pada masa hidupnya. Tradisi bangunan makam ini juga meneruskan tradisi leluhur nusantara yang beragama tauhid.
16. REBO WEKASAN
Rabu Wekasan adalah peringatan yang dilakukan pada rabu terakhir bulan Safar. Peringatan ini di lakukan untuk mengenang wafatnya Rasulullah saw pada hari Rabu tanggal 28 Safar 632 M. Tradisi Rabu Wekasan telah dilaksanakan oleh penduduk Indoanesia sejak ratusan tahun lalu, hingga banyak yang tidak lagi mengetahui makna sedih di balik peringatan tradisi Rabu Wekasan.
Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan mengaku teringat tradisi Rebo Wekasan saat berada di masjid Syiah di San Antonio Texas. Menurut Dahlan, saat kecil dia sering melihat warga Tegalarum, Magetan melakukan tradisi Rebo Wekasan setiap tanggal 10 Muharam.
Selalu ada gentong ditaruh di atas kursi. Di halaman masjid, berisi penuh air. Di dalamnya ada kertas. Bertulisan Arab pegon, Arab gundul. Tidak ada tanda bacanya. Orang desa menyebutnya rajah atau jimat. “Setelah tengah hari orang-orang bergilir ke gentong itu. Ambil airnya. Untuk diminum. Bapak saya bercerita: acara itu untuk mengenang meninggalnya Sayidina Hussein,” demikian dikatakan Dahlan Iskan seperti dikutip dari laman www.disway.id, Jumat (8/6/2018).
“Tidak ada yang tahu kalau itu tradisi Syiah. Bahkan kami tidak tahu kalau ada aliran yang disebut Syiah. Kami ini tahunya hanya NU, Muhammadiyah, Persis, Syathariyah, Nahsabandiyah, Qadiriyah. Setelah dewasa baru tahu ada Syiah, Wahabi, Khawarij dan seterusnya. Dari buku,” pungkas Dahlan.
17. TARI SAMAN ACEH (KARBALA)
Tarian ini di ciptakan oleh Syekh/Ulama Aceh Gayo yang bernama Saman pada abad ke-14. Tarian ini mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan dan kebersamaan. Tarian saman dimulai dengan tampilnya seorang tua cerdik pandai atau pemuka adat untuk mewakili masyarakat setempat (keketar) dengan memberi nasihat-nasihat yang berguna kepada para pemain dan penonton.
Lagu dan syair dibacakan secara bersama dan berkesinambungan, para penari terdiri dari pria-pria yang masih muda-muda dengan memakai pakaian adat. Tarian ini di lakukan dengan cara menepuk dada dan menepuk tangan secara bergantian hingga terdengar suara yang khas. Menepuk dada atau kepala adalah tradisi bangsa Arab dan Persia ketika ada peristiwa duka, dan hingga saat ini tradisi menepuk dada masih bisa dilihat ketika memperingati hari2 duka wafatnya Rasul saw dan tragedi di bantainya keluarga nabi di Karbala pada hati ke 10 Muharram atau Asyura. Melihat pesan dakwah yang kuat, pada masa sekarang tarian ini hanya diselenggarakan pada saat peringatan Islam penting seperti Maulid dan peringatan syahidnya Imam Husein pada hari Asyuro, tanggal 10 Muharram
18. KALIMAT UMPATAN “HARAM JADAH/JA’DAH”
Kalimat ini terkenal di negeri-negeri Melayu hingga ke India dan persia dengan kalimat yang sama. Arti harfiah kalimat ini adalah celakalah Jadah/Ja’dah. Kata Jadah berasal dari nama istri Imam Hasan Ja’dah binti Ash ath bin Qais, yang telah meracuni Imam Hasan atas suruhan Muawiyyah dengan iming2 harta. Kalimat umpatan ini berasal dari tradisi kaum Syiah Ahlulbait melaknat para pembunuh keluarga nabi, diantaranya adalah istri Imam Hasan ini.
19. TRADISI WARISAN SYIAH IMAMIYAH DI BUTON
Di Buton terdapat beberapa tradisi yang sangat erat hubungannya dengan ajaran Ahlul bait, tradisi ini terlihat dalam upacara adat, pemilihan kepala desa, nama atau sebutan tradisi ini dalam bahasa Buton di antaranya; Kawarande niburi (kain kafan yang bertuliskan 1000 sifat2 Allah SWT atau Kafan Jausyan Kabir), Sara Ompulu rua kaluluno (Imam 12), Peringatan Kadiri (sebutan untuk peristiw Al Ghadir, yaitu peristiwa penunjukkan Imam Ali sebagai wasi’ atau wakil Rasul saw setelah beliau wafat yang terjadi pada tanggal 18 Dzulhijjah setelah haji Wada’ Rasul saw. Peristiwa ini terjadi di suatu tempat perbatasan antara Mekkah, Madinah bernama Ghadir Khum),
Maata’a (Ma’tal/Ma’tam = runtunan peristiwa/kisah pada masa nabi dan para Imam as yang di baca dengan cara di lagukan), Kunu (Kamis Kelabu = peristiwa ketika nabi saw sakit, dan meminta pena dan kertas untuk menukiskan wasiat, namun di abaikan oleh Umar bin Khatab karena mengira nabi mengigau, hadits ini ma’ruf dan terdapat dalam kitab Buchari dan Muslim), Pialoa (Haul = peringatan kematian), Wuta akopono (Kisah segenggam tanah/Asyuro), Benteng Wolio (Wilayah Hizbullah), Buton (Butun=perut/kandungan: Kandungan ilmu ma’rifat), 3 Ma’rifat; Ma’rifattullah, Ma’rifat Nubuwah, Ma’rifat Imamah) itulah sebabnya di buton mengenal struktur Imam Desa, Imam Kampung dst.). dan semua itu memiliki kitab tersendiri dengan bahasan panjang.
Istilah siolimbona ( rahasia 9 dari sulbi Husain, 9 keturunan Imam Husein yang menjadi Imam penerus), Marabat 7 (Rahasia 7 nama agung), Mia ngkaila-ila (Al Ghaibah/Al Mahdi), Batata melalui arwah (do’a tawasul atau wasilah Rasullullah).
20. TRADISI NYANGKU DI PANJALU, CIAMIS
Nyangku adalah upacara adat yang dilaksanakan di Desa Panjalu, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Upacara Nyangku diadakan setiap bulan Rabi’ul Awal/bulan Maulid untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad saw dan mengucap syukur kepada Prabu Sanghyang Borosngora yang telah mengajarkan Islam kepada rakyat Panjalu dengan cara membersihkan benda pusaka dengan ritual yang sarat dengan nuansa Islami. Benda-benda pusaka yang dimandikan, antara lain, pedang zulfikar, keris pancaworo, bangreng, goong kecil, cis, keris komando, dan trisula.
Secara etimologi, kata nyangku merujuk kata ينق yang terdiri dari huruf (ي ن ق). Kata ini kemudian dibaca (yanku) yang berarti memurnikan. Pelafalan atau pengucapan ini kemudian berubah menjadi nyangku. Di dalam Bahasa Sunda, kata serapan ini kemudian diartikan sebagai nyaangan laku atau diartikan sebagai menerangi perilaku.
Upacara adat Nyangku dimulai dengan mengeluarkan benda-benda pusaka peninggalan Prabu Sanghyang Borosngora, para pemimpin, dan bupati Panjalu yang tersimpan di Pasucian Bumi Alit. Benda-benda pusaka ini kemudian di arak untuk di sucikan dengan cara di bersihkan dengan air yang yang diambil dari 7 mata air dari sungai yang diyakini sebahai petilasan Prabu Sanghyang Borosngora. Air ini disebut sebagai tirta Kahuripan. Lokasi ketujuh mata air tersebut tersebar di sekitaran wilayah Panjalu. Diantaranya, dari mata air Situ Lengkong, Karantenan, Kapunduhan, Cipanjalu, Kubang Kelong, Pasanggrahan, Kulah Bongbang Rarang dan Bombang Kancana. Tirta kahuripan yang diambil dari tujuh mata air tersebut sebelumnya disimpan dalam tempat khusus dan di bacakan do’a tawassul yang oleh para santri setempat selama 40 hari.
Ditulis oleh : Sofia Abdullah
SUMBER2
• Al Husaini al hamid H. M. H, Riwayat Kehidupan Nabi Besar Muhammad saw, Cet. XI 2006, Pustaka Hidayah.
• Iqbal. Muhammad Zafar. Dr, Kafilah Budaya Pengaruh Persia Terhadap Kebudayaan Indonesia, Cet. 1, Citra, 2006
• Al Hadad. Bin Thahir. Al Habib Alwi, Sejarah Masuknya Islam Di Timur Jauh, Cet.I, 2001, Lentera Baristama.
• Sunyoto. Agus, Atlas Wali Songo, Cet.1, 2012, Pustaka Iman.
• C.I.E.MA.Arnold.TW, Preaching Of Islam : A History Of The Progation Of The Muslim Faith, 1913.
• Al Mahsyur. Alwi. Idrus, Sejarah Silsilah & Gelar Keturunan Nabi Muhammad SAW Di Indonesia, Singapura, Malaysia, Timur Tengah, India, Dan Afrika, Cet.4, 2013, Sara Publishing.
• Aceh. Aboebakar.H.Dr.Prof, Sekitar Masuknya Islam Ke Indonesia, Cet.4,1985, Ramdhani.
• Atjeh. Aboebakar.Dr.Prof, Sji’ah Rasionalisme Dalam Islam, Yayasan Penyelidikan Lembaga Islam.
• Saefullah. DR. H. SA. MA, Sejarah & Kebudayaan Islam di Asia Tenggara, Cet. 1, 2010, PustakaPelajar
• Sy, Syiafril. A, Tabut Karbala Bencoolen Dari Punjab Symbol Melawan Kebiadaban, PT Walaw Bengkulen
• Dahri. Harapandi. DR, tabot Jejak Cinta Keluarga Nabi Di Bengkulu, Cet. 1, 2009, Citra
• Abror, Rachman. ABD, pantun Melayu Titik Temu Islam dan Budaya Lokal Nusantara