Oleh: Farouq Ya’la
Sebuah video yang berisi marah-marah dan tuduhan-tuduhan tak mendasar dari seorang Faizal Assegaf selanjutanya saya singkat FA dengan perspektif negatif, mengandung unsur fitnah dan penuh kebencian. Di menit awal FA menjelaskan bahwa ia berbicara bebas karena tidak terikat dan berafiliasi dengan partai dan kelompok manapun dan mendasarkan semua tuduhan kepada NU dan K.H. Hasyim Asy’ari secara membabi-buta dan ahistoris dari sebuah buku karya Pramoedya Ananta Toer Kronik Revolusi Indonesia yang berjumlah lima jilid itu. FA melakukan intrerpretasi sendiri dari buku sejarah yang ia baca lalu menarik kesimpulan secara serampangan.
FA katakan bahwa rentang waktu Oktober sampai November 1945 tidak ada Resolusi Jihad yang selama ini diklaim dan digaungkan oleh NU yang dipelopori K.H.Hasyim Asy’ari karena itu semua adalah bohong besar dan sebuah penyangkalan sejarah. Sejarah resolusi jihad 22 Oktober telah tertulis dalam tinta emas sejarah perjuangan bangsa dalam melawan penjajah.
Beberapa pentolan yang dikumpulkan K.H. Hasyim Asyari di dua hari itu adalah K.H.Wahab Hasbullah, K.H. Bisri Syamsuri, dan para Ulama lainnya. Mereka berkumpul di kantor PBNU, Bubutan, Surabaya. Pertemuan itu turut dihadiri panglima Hizbullah, Zainul Arifin, dan forum pun menyepakati untuk mengeluarkan Resolusi Jihad yang secara umum berisikan dua kategori dalam berjihad.
Video yang viral dan di upload tanggal 26 Oktober 2021 dari akun YouTube Faizal Assagaf Official dengan judul Yang Ambil Faedah dari NU Keluarga Gusdur, Mari Bermubahalah !
“Berperang menolak dan melawan penjajah itu fardu ain [harus dikerjakan tiap-tiap orang Islam, laki-laki, perempuan, anak-anak, bersenjata atau tidak bagi yang berada dalam jarak lingkaran 94 km dari tempat masuk dan kedudukan musuh. Bagi yang berada di luar jarak lingkaran tadi, kewajiban itu jadi fardu kifayah yang cukup dikerjakan sebagian orang Islam saja.”
Bunyi dua kategori jihad dari fatwa itu dikenal dengan sebutan Resolusi Jihad NU 22 Oktober yang menjadi dasar penetapan Hari Santri. Resolusi Jihad NU punya dampak besar di Jawa Timur. Pada hari-hari berikutnya, ia menjadi pendorong keterlibatan Laskar Hizbullah, kaum santri, dan jamaah NU untuk ikut serta dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.
Di video lain FA melecehkan K.H.Hasyim Asy’ari dengan menyebut nama saja adalah bentuk kesombongan bahkan FA mengatakan K.H.Hasyim Asya’ari bukan ulama, juga menyebut bahwa Yayasan-Yayasan yang dibentuk anak-anak Gus Dur adalah hanya untuk mengumpulkan materi ini semua adalah fitnah dan pembunuhan karakter kepada tokoh yang berjasa bagi bangsa, NU dia katakan sebagai ormas yang memiliki industri penerbitan proposal yang beroreintasi kepada duniawi semata, nauzubillahi min dzaalik.
FA selama ini dikenal sebagai aktivis yang kerap kali berpindah haluan entah apa yang mendasarinya tapi satu hal yang perlu di catat sebagai intelektual kita harus obyektif dan tulus dalam memberikan pencerahan kepada masyarkat dan bukan memprovokasi apalagi memanipulasinya. Banyak sekali pernyataan FA dalam video itu yang berupa asumsi, ahistoris bahkan menjurus kepada fitnah dengan dasar karya Pramoedya Ananta Toer tanpa ada referensi pembanding lain sehingga opini yang dillontarkannya menjadi seimbang.
Nasihat kami kepada FA untuk bisa introspeksi diri, tabayyun dan bertobat kepada Allah jangan karena ada persoalan pribadi dengan satu dua orang NU maka semua Ulama dan Institusi NU difitnah, dibunuh karakternya dan dinistakan tentu ini sangat jauh dari nilai-nilai luhur ajaran Islam. Stop segala bentuk prasangka dan jangan benturkan antara Habaib dan Kyai karena mereka adalah satu kesatuan di dalam tubuh NU, sebagaimana tarbiyah para Kyai-Kyai sejak dulu untuk menjunjung tinggi dan menghormati dzuriyyah Rasulullah saw maka sudah seharusnya para Habaib harus lebih menghormati dan mencintai Kyia-Kyai sebagai perwujudan Islam Cinta yang sampai dan diajarkan kepada kita.
Dengan segala kerendahan hati kami menghimbau kepada semua pihak untuk tidak terpancing dengan berbagai provokasi atupun isyu yang akan melemahkan kita, perbedaan pendapat itu biasa dan direstui agama tetapi perpecahan, fitnah, provokasi, pembunuhan karakter adalah sangat terlarang dan harus dihindari. Wallahul Muwaffiq ila Aqwamit Tharieq.
Depok 7 November 2021