R. Haidar Alwi, presiden HAC/HAI, Tokoh Toleransi Indonesia
Dia adalah salah satu doktor alumnus perguruan tinggi Saudi yang sakti alias kebal dari wahabisasi. Masyarakat umum mengenalnya sebagai agamawan pelanjut pemikiran Gus Dur. Selama beberapa tahun dia memimpin sebuah ormas besar yang telah menetapkan jargon ‘kembali ke khittoh’ dan mundur dari gelanggang politik praktis.
Pengetahuannya yang mendalam tentang sufisme dan latarbelakang kesantrian serta interaksi sosialnya yang luas membentuk sikapnya yang inklusif dan toleran. Dia tak hanya toleran dalam standar umum. Dia cukup ekspresif menjelaskan argumen-argumen keagamaan dan rasional sembari menggelar aneka referensi klasik di balik sikap tolerannya di hadapan pihak-pihak internal ormasnya yang sebagian tertular intoleransi. Akibat pandangan dan sikapnya itu, dia selalu jadi gawang tuduhan. Beruntung, ada sosok legendaris tanpa tanding, Gus Dur, yang selalu membelanya. Berkat pembelaan itu, dia bisa bertahan dan pada akhirnya bisa menjadi orang nomer satu di ormasnya.
Gaya komunikasinya bercitarasa ndeso, egaliter, tak pelit senyum dan santai bahkan cenderung melawan aturan formal. Secara umum, dia adalah pribadi yang cukup menyenangkan. Sebagai pemikir, namanya layak masuk Hall of Fame di Nusantara.
Kini dia ikut pemilihan Ketua PBNU untuk kali ketiga bukan untuk memperpanjang kekuasaan tapi mempertahankan kultur orisinal NU yang santun sekaligus anti penjajahan.
SAS punya musuh kecil di dalam dan punya besar di luar. Dia berani lantang menolak segala ide yang terkait dengan upaya menjalin hubungan dengan Israel, lantang menentang agresi Saudi atas Yaman dan intervensi AS di Suriah.