Ziarah Arbain merupakan tradisi kemanusiaan sekaligus ajang solidaritas universal. Karenanya, ziarah Arbain dengan prosesi berjalan kakinya bukan menjadi fenomena khas Syiah. Sebab, Imam Husain bukan hanya milik kaum Syiah, melainkan milik umat manusia yang merindukan keadilan dan melawan kezaliman. Imam Husain adalah pahlawan Islam sekaligus kampiun kemanusiaan. Pada faktanya, cukup banyak peziarah bermazhab Sunni dari sejumlah negara seperti Palestina dan Mesir, ikut longmarch serta lebur dalam pawai raksasa menuju Karbala dengan spirit cinta keadilan. Jumlah mereka juga kian bertambah dari tahun ke tahun.
Bahkan, prosesi longmarch Arbain juga bukan hanya diikut umat Islam, baik Syiah maupun Sunnah. Apalagi jika mengingat agama-agama monoteistik lain juga memiliki ritual dan prosesi keagamaan yang cenderung mirip.
Universalitas Revolusi Al-Husain juga terkonfirmasi oleh partisipasi para pemuka dan penganut agama-agama besar, terutama Kristen dan Hindu dalam longmarch Arbain dan ziarah ke pusara Imam Husain di Karbala. Video, foto dan berita tentang ini terutama beberapa tahun belakangan kian banyak. Dalam ajaran Kristiani, misalnya, terdapat ritual Jalan Duka, yang mengungkapkan prosesi Kristus berjalan kaki menuju tempat penyalibanmya, berikut segenap siksaan dan cemoohan yang dialaminya. Dalam ajaran Yahudi pun, terdapat ritual menangis di Tembok Ratapan akibat kesedihan atas hancurnya Kuil Sulaiman.
Tak ketinggalan, kaum Hindu di India juga punya penghormatan khusus terhadap Ahlulbait, terutama figur Imam Husain. Setiap hari Asyura, para tokoh agama Hindu menghadiri upacara duka yang diselenggarakan umat muslim Syiah di sejumlah kota, seperti di Sindh, Maharastra, Rajasthan, Kashmir, Delhi, dan lainnya.
Hubungan dekat ksum Hindu dengan Syiah terutama Al-Husain tercermin dalam Brahmana Husaini, sebuah komunitas Brahmana Mohyal di wilayah Punjab yang memiliki hubungan dengan agama Hindu dan Islam.
Asal usul Brahmana Hussain adalah berasal dari kelompok Datt atau Dutt, sebuah klan prajurit di antara tujuh klan di dalam kelompok etnis Mohyal Brahmana yang berasal dari wilayah Punjab atau Haryana di utara India. Setelah perang Mahabarata, Aswata yang merupakan leluhur Datt mengungsi ke wilayah Arab bersama pengikutnya. Datt sendiri berasal dari bahasa Hindi, daata, yang berarti dermawan.
Versi lain mengisahkan tentang bagaimana Dutt dari Punjab kemudian dikenal sebagai Brahmana Hussaini. Salah satu istri Imam Husain yaitu Sahr Banu adalah saudara perempuan dari Chandra Lekha atau Mehr Banu, istri seorang raja India, Chandragupta. Dilaporkan bahwa Imam Sajjad menulis surat kepada Chandragupta untuk meminta pertolongan melawan Yazid. Setelah menerima surat tersebut, Chandragupta segera memberangkatkan pasukannya ke Irak untuk membantu Imam Husain. Pada saat mereka tiba, Imam Husain ternyata telah terbunuh.
Dalam masyarakat Zoroasterianis di Iran, Al-Husain dan Karbala menempati posisi khusus. Tokoh agama Zoroaster provinsi Yazd, Iran mengatakan bahwa penghormatan khusus penganut Zoroaster Iran dan dunia terhadap Imam Husein karena perjuangan beliau membela orang-orang yang tertindas. Rostam Kavosian Zadeh dalam wawancara dengan IRNA hari Sabtu (15/9) mengatakan, kecintaan terhadap Imam Husein memiliki akar dalam sejarah penganut Zoroaster.
ML 1692022