INDONESIA TODAY- Indonesia mendukung resolusi kecaman Rusia atas invasinya dengan alasan mendukung kedaulatan Ukraina. Prof. Hikmahanto dan beberapa pihak mengkritiknya.
Sebagian masyarakat di Tanah Air, yang mayoritas beragama Islam, mendukung Rusia dalam invasi atas Ukraina bukan karena alasan keislaman yang tidak real, namun kesadaran tentang perilaku hipokrit Pemerintah AS dan memahami alasan Rusia menjaga keamaman nasional di balik agresinya meski tak sepenuhnya membenarkan invasi.
Soal umat Islam mendukung Russia, sebagaimana yg dikatakan Ade Armando. tidaklah benar, karena kelompok-kelompok pemimpi khilafah yang membeo Erdogan mendukung Ukraina. Banyak nasionalis dan sekuleris juga mendukung Russia.
Sebagian lain memaklumi alasan invasi Rusia dan tidak mendukung resolusi kecaman terhadap Rusia yang didalangi AS seraya menyesalkan dukungan Pemerintah RI atas resolusi kecaman terhadap Rusia karena mengharapkan Indonesia bersikap netral agar bisa berperan sebagai juru damai.
Memang secara faktual Rusia melakukan invasi. Apapun alasannya, invasi melanggar kedaulatan negara. Pemerintah mendukung resolusi kecaman terhadap Rusia karena komitmen dengan prinsip menghormati kedaulatan. Padahal menurut sebagian negara yang mengambil sikap abstain, prinsip menjaga keamanan nasional yang nyata bagi Rusia juga perlu dipertimbangkan. Bila Rusia tidak bersikap tegas terhadap Ukraina, maka NATO berada di samping teritorinya. Bila itu terjadi, area pertempuran meluas hingga seluruh kawasan dan sangat mungkin menyebabakan PD ketiga. Aksi Rusia tak hanya menjaga keamanannya namum juga mencabut sumbu konflik global.
Terlepas dari itu, menyamakan sepak terjang Amerika dengan Rusia, jelas tidak fair dan terkesan “maksa”. Sepak terjang AS dan Rusia secara kuantitatif dan kualitatif tidaklah sama, karena alasan-alasan sebagai berikut :
- Invasi Amerika dilakukan demi dominasi, hegemoni dan eksploitasi ilegal atas kekayaan alam. Sedangkan Rusia melakukan invasi terhadap Ukraina demi keamanan nasionalnya.
- Invasi Amerika dilakukan di kawasan Asia (Afghanistan, Irak dan Suriah) dan Afrika (Libya) yang secara geografis jauh dari teritorinya. Sedangkan Rusia melakukan invasi atas negara tetangganya yang sejak lama menunjukkan sikap agitatif yang mengganggu keamanan nasionalnya.
- Invasi Amerika dilakukan terhadap Irak berdasarkan data palsu tentang senjata pemusnah massal, invasi terhadap Suriah karena menolak perdamaian dengan Israel yang menduduki wilayahnya dan invasi terhadap Afghanistan demi membasmi kelompok Alqaeda dan Taliban sebagai buntut dari Pemboman 911 namun berakhir dengan kekalahan. Sedangkan Rusia melakukan invasi atas Ukraina karena mengundang NATO (sekutu militer rivalnya) hadir di sebelahnya setelah memberikan ultimatum sebelumnya.
- Invasi Amerika terhadap Suriah disertai dengan pengerahan serdadu bayaran dan ragam kelompok teroris super sadis yang menghancurkan infrastruktur negaranya tersebut dan membantai ribuan warga sipil dengan membawa sentimen sektarian serta mendorong Turki melakukan agresi militer bahkan aneksasi sebagian wilayah yang bersebelahan dengannya. Sedangkan Rusia justru membantu Suriah membersihkan anasir teroris dengan tentara dan persenjataan.
- Invasi Amerika terhadap atas Suriah bertujuan mengganti rezim Assad yang menjalin hubungan strategis dengan Iran yang dimusuhinya dan mendukung perlawanan militer terhadap Israel yang dilindunginya. Sedangkan Rusia mempertahankan kedaulatan Suriah seraya mendorong Assad melakukan reformasi dalam demokrasi dengan menyelenggarakan pemilu sebagai langkah responsif terhadap tuntutan kelompok oposisi non militer.
- Selain melakukan invasi militer dan intervensi politik juga perampokan ekonomi di Suriah dan Irak, Amerika bersekutu dengan Saudi dan UEA dalam invasi terhadap Yaman, tetangga yang dirampok wilayahnya yang kaya minyak, diintervensi kedaulatan politiknya dan dibantai rakyatnya selama 7 tahun hingga kini. Sedangkan Rusia justru mengecam agresi tersebut dan menganjurkan perundingan demi mengkahiri perang.
ML 09032022
