Sepenggal Kisah dari Baharuddin Lopa
Seorang teman menyampaikan cerita kenangan ini. Saya jadi ingat pada kesempatan di rumah dinas Dubes Iran Sayyid Nabawi saya diundang untuk membaca puisi yg saya beri judul “Air mata” bersama seorang teman berkembangsaan Jerman.
Ini adalah kisah yang diceritakan oleh Almarhum Bapak Baharuddin Lopa pada saat Haul Imam Khomeini yang diselenggarakan di rumah Duta Besar Iran di Menteng, Jakarta. Selanjutnya nama beliau kita sebut secara informal saja agar terasa lebih dekat.
Saat itu Baharuddin Lopa diminta untuk memberikan sambutan berkenan dengan acara tersebut, lalu beliau bercerita tentang kisah perjalanan Buya Hamka bertemu dengan Imam Khomeini.
Baharuddin Lopa kemudian menceritakan bahwa pasca Revolusi Islam Iran, dirinya dan Buya Hamka adalah orang Indonesia yang diundang secara khusus ke Iran untuk bertemu dengan Imam Khomeini. Namun karena terhalang tugas negara yang tidak dapat ditinggalkan maka yang sempat berangkat hanya Buya Hamka. Dan dia sangat menyesal tidak sempat bertemu Imam Khomeini.
Untuk membayar rasa penyesalannya itu dia menyiapkan waktu untuk menjemput Buya Hamka saat kembali ke tanah air.
Dengan penuh rasa penasaran dia bertanya pada Buya Hamka, bagaimana Imam Khoemeini?.., mendengar pertanyaan Baharuddin Lopa, Buya Hamka mulai menjawab sambil menagis, Buya berkata “Dia orang besar, lalu Baharuddin Lopa berkata.. besar bagaimana.. bukankah Buya juga orang besar?. Buya berkata… jangan samakan saya dengan Imam Khomeini. Saya besar karena dibesarkan oleh manusia, tetapi Imam Khomeini manusia besar yang dibesarkan oleh Allah.
Setiap kali nama Imam Khomeini disebutkan, Buya Hamka meneteskan air mata. Betapa tidak disangka.. apa yang selama ini yang dibaca Buya di dalam kitab-kitab tentang kriteria Ulama yang ideal rasanya seperti khayalan, namun setelah bertemu Imam Khomeini dia kemudian merasakan bahwa ternyata benar-benar ada ulama sejati yang memenuhi kriteria sebagai pewaris nabi.
Demikian kisah Almarhum Baharuddin Lopa, dokumentasinya masih tersimpan di kantor kedutaan Iran di Jakarta, dan saksi hidup yang mendengarkan sambutan Bapak Baharuddin Lopa juga masih hidup. (Haidar Barong)