KESAMBET JIN KEJAR TAYANG
Bila menghina negara sendiri adalah tercela, tak berarti menghina negara lain menjadi terpuji.
Sebuah konten video berjudul “Iran adalah Contoh Kebiadaban Negara yang Dikuasai Agama” tayang di channel orang-orang yang menepuk dada mengklaim sebagai pejuang toleransi, demokrasi dan moderasi. Wuih!
Judul ini mungkin diterima para penyesat Syiah yang selama ini dianggap dicap kadrun oleh channel ini. Singkatnya, video ini jadi titik kumpul dan rekonsiliasi dua polar. Sama-sama benci Iran meski berbeda alasan.
Pada dasarnya sikap dan pandangannya tentang apapun,, itu urusan dia. Tak perlu jadi pemadam kebakaran untuk menanggapinya. Apalagi yamg dibahas bukan isu domestik nasional yang penting bagi kita, orang Indonesia.
Tapi ketika subjek kontennya adalah nstitusi sebuah negara yang punya kisah, derita dan sejarahnya sendiri, persoalannya menjadi lebih serius dari sekadar cuap-cuap.
Iran yang diblokade oleh AS dan Barat dalam pergaulan internasional dan dibekukan asetnya juga dirongrong oleh rezim-rezim Arab terutama di Teluk dan diserang secara intensif dengan ujaran kebenciam sektarian oleh kelompok-kelompok ekstremis mungkin tak punya cukup waktu untuk membantah sebuah channel streaming yang mendukung figur flamboyan sebagai calon presiden negeri ini dan rajin menyudutkan capres lain dengan segala cara. Tapi secuil kearifan mestinya cukup untuk menjadi alasan bagi setiap orang yang punya toleransi untuk menyesalkannya.
Pemerintahan Raisi, sebagaimana pemerintahan lainnya di negara manapun, termasuk di negeri kita sendiri, tak bebas dari kesalahan dan berusaha menampung kritik-kritik konstruktif dari Parlemen dan masyarakat dalam koridor konstitusinya sendiri. Fakta ini mudah dikonfirmasi andai dia sudi mengikuti secara seksama dan tidak keburu tersandera oleh stereotype dan sinisme.
Terlepas dari suka atau tidak, tak perlu menunggu dianggapi pakar komunikasi untuk menghornati institusi negara sahabat, tidak mencampuri urusan dalam negerinya dan tidak nenghina sebuah Pemerintahan yang terpilih secara demokratis di sebuah negara.
Tak perlu pula mencemooh sistem pemerintahan dan konstitusi sebuah negara yang dihasilkan dari referendum rakyaktnya. Apapun yang dikhendali dan dipilih oleh mayoritas Iran adalah cermin kedaulatannya yang patut diapresiasi oleh bangsa dan negara lain. Tak ada mulla di Iran yang menganggap dirinya suci, apalagi menganggap Iran sebagai negara yang dipimpin oleh orang suci. Boleh jadi tuntutan pihak menejemen untuk terus berbicara mengurasi kesempatan kulakan ide dengan literasi. Kata Ali bin “Sesiapa banyak bicara, banyak salahnya.
Orang yang diberi tugas untuk berdiri setiap hari depan kamera dan disuruh ngoceh soal semua isu yang sebagian tak dipahaminya pasti pada suatu saat terkilir akibat kesambet syndrome kejar tayang. Tragis!
ML 27012023