INDONESIA TODAY ONLINE-Berawal dari tulisan seorang yang bernama Kyai Imaduddin Utsman al-Bantani dengan judul Menakar Nasab Ba’alawi dengan konklusi terputusnya nasab Alawiyyin selama lebih kurang 500 tahun dimulai pada era Imam Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir dan jagat media sosial menyambutnya gegap gempita seolah menemukan mainan baru dan menjadi semakin ramai diperbincangkan, saling bantah dan saling serang pun terjadi dimana seharusnya perdebatan para ahli bergeser kepada awam dan semua ikut bicara.
APAKAH PENELITIAN KYAI IMAD ILMIAH?Â
Nanti dulu sebelum kita masuk terlalu jauh kita lihat dulu definisi sebuah penelitian ilmiah adalah:
Metode ilmiah merupakan suatu prosedur atau cara pemecahan masalah dengan menggunakan langkah-langkah yang telah tersusun secara sistematis. Langkah-langkah tersebut dilaksanakan melalui konsep dasar berpikir ilmiah, yaitu analitis, logis, objektif, konseptual, dan empiris. Dan penelitian Kyai Imaduddin adalah sebaliknya, sangat tidak ilmiyah, sangat subyektif, tidak pernah diuji dalam sebuah disertasi atau forum ilmiah dan ahistoris.
Apakah Kyai Imaduddin telah lakukan penelitian ke perpustakaan dan Naqobah di Irak dan Hadramaut?, apakah Kyai Imaduddin telah melihat dan ziyarah ke makam Imam Ubaidillah dan makam Imam Ahmad al-Muhajir dan lakukan banyak wawancara kepada ahli nasab dan ahli sejarah Alawiyyin di Indonesia?. Apabila semua ini tidak dilakukan Kyai Imaduddin maka yang beliau sebut penelitian ilmiah hanyalah sebuah subhat dan fitnah kepada leluhur Alawiyyin dan menyebarkan propaganda kebencian kepada anak keturunannya dan seluruh bani Alawy.
Isu yang dikembangkan Kyai Imad bukan hal baru dan sudah dilakukan kaum munafik sejak awal peradaban Islam, Rasulullah SAW dituduh terputus dan tak memiliki keturunan, begitu juga Imam Ahmad bin Isa al-Muhajir diragukan oleh kepala-kepala suku di Hadrmaut pada satu masa dan sampai masa sekarang ini ada banyak penulis Wahabi Salafi yang menyangkal bahkan menyerang nasab zuriyyah Rasulullah saw.
Beberapa waktu lalu yang kerap bicara dengan diksi pribumi dan narasi keturunan imigran Yaman dan bla bla bla adalah kelompok sekuler fanatik dan kelompok Islamophobi tetapi sekarang kelompok Islam tradisional yang dulunya Nahdhiyyin dan Habaib bagai satu tubuh sekarang sengaja dibenturkan, apalagi kalau bukan urusan hubbud dunya yaitu arogansi nasab, berebut panggung dakwah dan kepentingan politik kontestasi. Sungguh jahat..itulah yang terjadi hari ini dan hari-hari mendatang, bibit-bibit konflik sosial telah disemai.
KEJAHATAN INTELEKTUAL
Apabila ada oknum Habib yang arogan maka kita semua wajib mengecam dan menasihatinya, tetapi persoalannya menjadi lain ketika kesalahan yang dilakukan beberapa oknum dan kesalahan itu ditimpakan kepada satu komunitas dengan melakukan generalisasi maka yang lahir adalah kesalahan logika/sesat pikir, contohnya dengan mengatakan nasab Alawiyyin terputus, pengkhianat bangsa dan lain-lain.
Ketika semua tuduhan terputusya nasab dan stigma kepada Alawiyyin diyakini banyak orang berdasarkan tulisan Kyai Imad maka beliau telah melakukan kejahatan intelektual dengan dalih penelitian ilmiah, fatal dan sangat disayangkan seolah-olah tulisan itu ilmiah tetapi sejatinya adalah syubhat, fitnah dan adu-domba antar sesama kaum muslimin, ucapan yang seolah benar tetapi adalah batil.
Diksi pribumi mereka populerkan sebagai serangan politik halus kepada pendukung salah satu Capres, kesalahan beberapa oknum Habaib sekecil apapun akan di viralkan.
Serangan, hinaan, penistaan, penyangkalan nasab dan pembunuhan karakter yang sangat massif dan terkoordinir pada satu komunitas mereka harapkan berdampak luas dan memiliki efek elektoral.
Salah satu Capres didukung dan di endorse para Habaib maka jangan pilih pemimpin yang Keturunan Arab, mereka pun distigma menjadi sekutu era V.O.C bahkan sampai masakini yang mereka fitnah lakukan penjajahan gaya baru dibalik gelar Habib. Perlu diketahui bahwa tarbiyah dalam keluarga besar Alawiyyin adalah mencintai dan melayani umat tanpa diskriminasi dengan ilmu dan akhlaq bukan seperti yang mereka tuduhkan.
Nasihat Habib Luthfi bin Yahya
Habib Luthfi beberapa tahun lalu telah mengingatkan bahwa kita harus waspada dengan adanya gerakan dan upaya untuk membenturkan Kyai dengan Kyai, Habaib dengan Habaib, Kyai dengan Habaib dan semua itu sekarang terjadi.
Habib Luthfi:”Tidak tahu sejarah menjadi sebab mudah dibenturkan”
Artinya para Habaib terdahulu, para Kyai terdahulu saling bersinergi dalam bekerja dan membangun Umat. Akhir-akhir ini yang tidak tahu, oknum-oknumnya yang tidak tahu sejarah mungkin, bisa saja kan, itu. Akibatnya mudah dibawa ke politik, mudah dibenturkan dan sebagainya.
3052023